Selama ini sumber pembelajaran masih terpaku pada buku-buku pelajaran.
Padahal sumber pembelajaran sangat luas, meliputi manusia dan alam
sekitarnya. Masyarakat belum bisa melihat bahwa wayang bisa dijadikan
sebagai sarana pendidikan, pemberdayaan, dan penguatan aqidah keimanan.
Tidak hanya sebagai media hiburan, wayang bisa dijadikan sebagai media
dakwah Islam seperti Wayang Potel yang dihadirkan oleh Ki Ibrohim
Nawawi. Kemunculan Wayang Potel merupakan usaha untuk menghidupkan
kembali eksistensi pewayangan sebagai alat pembelajaran serta melestarikan
tradisi kearifan lokal yang berada di tengah masyarakat Indramayu. Penelitian
ini berupaya mengetahui bagaimana sejarah dan dakwah dengan metode
wayang bisa memberikan nilai-nlai kepada penontonnya. Studi ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropologi
budaya dan teori pertunjukan oleh Victor Turner. Teknik pengumpulan data
meliputi wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi.
Transformasi budaya Wayang Potel menggambarkan perubahan dari wayang
konvensional menjadi wayang modern yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat digunakan sebagai media, materi, sumber, dan
metode pembelajaran di lembaga pendidikan Islam seperti masjid, mushala,
pondok pesantren, dan madrasah.

SS25002

SKR SPI 25002

Perpustakaan FAH (Skripsi SPI)

Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan

• Fulltext

Share :